Rabu, 26 November 2014

Golongan Transisi golongan kelima dan keenam



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Di indonesia pembangunan terus berkembang ,baik pembangunan gedung bertingkat, perumahan, dan jalan raya. Dalam pembangunan tersebut dibutuhkan banyak sekali besi atau baja. Belum lagi nanti setelah bangunan selesai, dibutuhkan kawat tembaga untuk instalasi listrik. Golongan transisi periode kelima dan keenam yang banyak  ditemukab dalam kehidpan sehari – hari.
1.2  Rumusan masalah
1.      mengetahui sifat fisis nya ?
2.      mengatahui pengertian nya ?
3.      mengetahui kegunaan nya ?
1.3  Tujuan
1.      Untuk mengetahui sifat fisis periode kelima dan keenam ?
2.      Untuk mengetahui pengetian dari periode kelima dan keenam?
3.      Untuk kegunaan periode kelima dan keenam ?
1.4  Manfaat
     Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang membacanya umumnya dan khususnya kepada siswa untuk menambah wawasan dan pemahaman tentang unsur transisi pada periode kelima dan keenam.







BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Perak ( Ag )
Perak terdapat pada golongan 1 B dan periode kelima. Perak ditemukan bergabung dengan emas dalam bentuk aloi yang dikenal dengan electrum.
a.      Sifat perak
Unsur                              : Perak ( Ag )
Nomor atom                    : 47
Massa atom relatif          :  107,87
Titik leleh                       : 961,90
Titik didih                       : 2.212,00
Rapatan pada 25             : 10,50
Warna                             : perak
Konfigurasi elektron       :
Energi ionisasi                : 731,00
Afinitas elektron             : 125,60
Keelektronegatifan         : 1,93
Jari – jari ion                  : 1,26
Jari – jari atom               : 1,44
Pontesial reduksi           : 0,80
standar:

Perak mempunyai daya hantar listrik yang lebih dari pada beberapa logam lainnya. Perak sangat aktif, tidak larut dalam asam encer dan alkali tetapi larut dalam asam oksidator seperti H2SO4 pekat serta tidak berekasi dengan oksidasi dan udara pada temperatur biasa.
b.      Pembuatan perak
1.      Proses amalgam.
Air raksa ditambahkan ke dalam bijih yang telah dihancurkan sehingga membentuk amalgma dengan perak. Setelah itu, amalgmam dicuci dari bijih, air raksa dipisahkan dengan cara distilasi, sehingga yang tinggal hanya perak.
2.      Metode liksivia
Bikih perak dilarutkan dalam larutan garan NaCN. Endapan perak diperoleh dengan mereaksikan larutan dengan logam Zn dan Al.
3.      Proses Parker
Pemisahan perak dari bijih yang mengandung Cu dan Pb. Perak diperoleh biasanya dimurnikan dengan metode elektrolisis atau dengan metode cupellasi, suatu proses untuk membuang zat pengontor dengan penguapaan dan absorpsi.

c.       Kegunaan perak
1.      Membuatnya lebih kuat dan tahan lama
2.      Membuat logam  logam lain
3.      Melapisi kaca pada pembuatan cermin
4.      Membuat komponen – komponen listrik dan elektronik
5.      Koloid Ag digunakan untuk obat – obatan dan elektronik
6.      Argirol, suatu Ag- protein berfungsi sebagai antiseptik loal pada mata hidung dan tenggorokan.
2.       Platina
Platina adalah suatu unsur kimia dengan simbol kimia Pt dan nomor atom 78. Namanya berasal dari istilah Spanyol platina del Pinto, yang secara harfiah diterjemahkan ke dalam "perak kecil dari Sungai Pinto”. Platina adalah sebuah logam transisi yang berat, "malleable", "ductile", berharga dan berwarna putih-keabuan. Platinum tahan karat dan terdapat dalam beberapa bijih nikel dan copper.
Platinum resisten terhadap korosi.Platinum digunakan dalam perhiasan, peralatan laboratorium, kontak listrik dan elektroda, termometer hambatan platina, peralatan kedokteran gigi, dan catalytic converters. Platinum bullion memiliki kode mata uang ISO XPT. Platinum adalah komoditas dengan nilai yang berfluktuasi sesuai kekuatan pasar. Per 30 Oktober 2009 (2009 -10-30) [update], platinum adalah senilai US $ 1,324.00 per troy ounce (sekitar US $ 42,57 per gram).
Platinum adalah logam yang sangat langka, terjadi hanya 0,003 ppb dalam kerak bumi. Platinum sering ditemukan oleh penduduk asli bercampur dengan iridium sebagai platiniridium. Platinum sering ditemukan dalam bagian sekunder, dan berkombinasi dengan logam grup platina lain dalam tanah alluvial.

           Sebagai logam murni, platina berwarna putih keperakan yang terlihat berkilau, ulet, dan lentur. Platinum mudah ditempa delam keadaan murni.


• Simbol: Pt
• Radius Atom: 1.39 Å
• Volume Atom: 9.1 cm3/mol
• Massa Atom: 195.08
• Titik Didih: 4100 K
• Radius Kovalensi: 1.3 Å
• Struktur Kristal: fcc
• Massa Jenis: 21.45 g/cm3
• Konduktivitas Listrik: 9.4 x 106 ohm-1cm-1
• Elektronegativitas: 2.28
• Konfigurasi Elektron:[Xe]4f14 5d9 6s2
• Formasi Entalpi: 19.66 kJ/mol
• Konduktivitas Panas: 71.6 Wm-1K-1
• Potensial Ionisasi: 9 V
• Titik Lebur: 2024.1 K
• Bilangan Oksidasi: 2,4
• Kapasitas Panas: 0.13 Jg-1K-1
• Entalpi Penguapan: 510.45 kJ/mol

Platinum memiliki koefisien muai yang hampir sama dengan kaca silika-natrium karbonat, oleh karena itu dapat digunakan untuk membuat elektroda bersegel dalam sistem kaca. Platina tidak teroksidasi pada suhu beraapapun, meskipun berkarat oleh halogen, sianida, belerang, dan alkali kaustik. Platinum tidak larut dalam asam klorida dan nitrat, tetapi melarut dalam aqua regia dan membentuk asam chloroplatinic (H2PtCl6)
Platinum yang lebih berharga dari emas atau perak. Platinum memiliki resistansi tinggi terhadap serangan kimia, baik karakteristik temperatur tinggi, dan stabil sifat listrik. Semua sifat ini telah dimanfaatkan untuk aplikasi industri.
Salah satu metode yang cocok untuk pemurnian untuk platinum mentah, yang mengandung platinum, emas, dan logam grup platina lain adalah proses dengan aqua regia. Di mana paladium, emas dan platinum yang dipisahkan, sementara osmium, iridium, rhodium dan ruthenium tidak bereaksi. Emas ini dapat dipicu dengan penambahan besi (III) klorida dan setelah penyaringan dari emas. Sedangkan platinum dapat dipicu dengan penambahan ammonium. Ammonium klorida sebagai chloroplatinate. Chloroplatinate amonium dapat diubah menjadi logam dengan pemanasan.
Platinum digunakan besar-besaran sebagai perhiasan wanita, kawat, dan bejana untuk aplikasi laboratorium dan banyak instrumen berharga lainnya termasuk termokopel. Platinum juga digunakan untuk bahan kontak listrik, peralatan tahan korosi dan kedokteran gigi.
Platinum digunakan untuk melapisi kerucut misil, kerucut bensin mesin jet dan lain-lain, yang mengandalkan ketahanan pada suhu tinggi untuk waktu yang sangat lama. Logam ini, seperti palladium, menyerap sejumlah besar hidrogen, menahannya pada suhu biasa dan melepaskannya ketika dipanaskan.
3.       Emas
a.      Pengertian
Emas ditemukan Logam ini banyak terdapat di Nuget emas atau serbuk di bebatuan dan seringnya dipisahkan dari bebatuan dan mineral - mineral lainnya dengan proses penambangan. Sekitar dua pertiga produksi emas dunia berasal dari Afrika Selatan. Emas terkandung pula di air laut sekitar 0.1 sampai 2 mg/ton, tergantung dimana sampel air lautnya diambil. Di kerak bumi : 0,004 ppm Emas ditemukan Logam ini banyak terdapat di Nuget emas atau serbuk di bebatuan dan seringnya dipisahkan dari bebatuan dan mineral - mineral lainnya dengan proses penambangan
b.      Sifat emas
Sifat Fisika
Fasa                                         :padat
Densitas                                  :19,3 gr/cm3
Titik didih                               : 2856 oC
Titik lebur                               :1064,18 oC
Sifat Kimia
Bilangan oksidasi                    :3 1 (oksida amfoter)
Nomor atom                            :79
Nomor massa                          :107,87
Elektronegatifitas                   :2,54 (skala pauling)
Energi ionisasi  1                     : 890.1 kJ/mol
Energi ionisasi 2                      : 1980 kJ/mo
Jari-jari atom                           :135 ppm
Jari-jari ikatan kovalen            :144 ppm
Jari-jari van der waals             :166 ppm
Struktur kristal                        :kubus berpusat muka

c.       Pembuatan emas
Pengolahan bijih emas umumnya harus dilakukan secara bertahap, yaitu dari bijih yang baru digali dari tambang dengan kadar sangat rendah sekitar beberapa gram/ton saja masih perlu ditingkatkan menjadi bijih emas berkadar tinggi mencapai kadar diatas sepuluh gram/ton dengan cara pengayaan atau konsentrasi sehingga menjadi layak untuk diekstraksi emasnya secara kimia misalnya dengan metode sianidasi dan lain-lainnya.
Terkecuali untuk bijih emas berkadar tinggi atau bijih emas yang secara alami berukuran butir besar, sehingga butirannya dapat dilihat dengan kasat mata atau tanpa mikroskop, bijih jenis ini dengan mudah dapat dipisahkan dengan cara pendulangan/palong berkarpet dan atau dilanjutkan dengan amalgamasi air raksa, sehingga membentuk amalgam emas dan setelah itu cukup melalui penggarangan bisa didapat emas bullion yang mengandung perak (Anonymous, 2009).
Kembali ke bijih emas yang ditambang, terdapat berbagai jenis bijih yang sifat-sifatnya tergantung dari lingkungan keterdapatannya, misalnya emas alluvial terdapat sebagai butiran emas kasar ataupun halus sebagai hasil pelapukan, tranportasi dan pengendapan dari aliran sungai; bijih emas sulfida adalah emas yang terdapat di lingkungan bijih yang mengandung belerang tinggi atau bersama bijih sulfida lainnya seperti sulfida tembaga, sulfida besi, sulfida timah hitam dll; bijih emas manganis adalah emas yang terdapat bersama bijih yang mengandung unsur mangan dst.
Oleh karenanya, jalur proses pengolahannya tidak sama bagi masing-masing jenis bijih emas tersebut; ada yang dapat langsung dipisahkan dari mineral pengotor lainnya berdasarkan perbedaan berat jenisnya, ada yang harus digiling halus agar bisa memisahkan bagian mineral yang berkadar emas tinggi dari bagian lainnya yang bersifat mengotori bijih atau ukuran halus itu diperlukan agar kontak dengan bahan pelarut dapat berlangsung efektif, ada pula yang harus dipanggang dahulu karena mengandung unsur logam lain yang mengurangi efektifitas kerja bahan pelarut emas.
Untuk bisa memahami penggolongan jenis bijih tersebut, diperlukan kajian mineralogi dan analisis unsur total dari bijih tersebut; sedangkan untuk menguji sifat kelarutannya dapat diawali dengan pengujian standar sianidasi. Hasil pengujian sianidasi tersebut akan mengungkapkan mudah atau sulitnya kelarutan emas dalan larutan sianid, sehingga dapat dilanjutkan dengan pengujian lainnya, misalnya dengan melakukan penambahan reagen dsb. Bijih emas yang terdapat bersama bijih logam lainnya, seperti tembaga, seng, timah hitam dsb, biasanya tidak

d.      Kegunaan emas
1.      Digunakan untuk  perhiasaan
2.      Penyembuhan gigi dan melapisi gigi supaya lebih kuat
3.      Koloid Au digunakan untuk obat – obatan  dan sebagai cat emas

4.       Merkurium ( Hg )
. Merkuri (Hg) adalah salah satu jenis logam yang banyak ditemukan di alam dan tersebar dalam batu – batuan, biji tambang, tanah, air dan udara sebagai senyawa anorganik dan organik Secara alami merkuri dapat berasal dari gas gunung berapi dan penguapan dari air laut.
Merkuri adalah unsur yang mempunyai nomor atom (NA= 80) serta memiliki massa molekul relatif (MR= 200,59). Bentuk fisik dan kimianya sangat menguntungkan karena merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair dalam suhu kamar (25oC), titik bekunya paling rendah (-39oC), mempunyai kecenderungan untuk menguap lebih besar, mudah tercampur dengan logam-logam lainnya dan menghasilkan logam campuran (Amalgam/Alloi), juga dapat mengalirkan arus listrik sebagai konduktor baik tegangan arus listrik tinggi maupun tegangan arus listrik rendah (Alfian, 2006).
Merkuri merupakan logam berat urutan pertama dalam sifat racunnya. Metil merkuri merupakan bentuk dari merkuri yang penting yang bermanfaat bagi manusia. Industri yang berperan dalam pencemaran merkuri ke lingkungan adalah pabrik tinta, kertas, kimia, kosmetik, farmasi dan tekstil. Merkuri memiliki efek toksisitas pada susunan saraf pusat dan ginjal.

Berikut ini adalah bahaya pemakaian mercury pada kosmetik :
1. Dapat memperlambat pertumbuhan janin
2. Mengakibatkan keguguran (Kematian janin dan Mandul)
3. Flek hitam pada kulit akan memucat (seakan pudar) dan bila pemakaian     dihentikan, flek itu dapat / akan timbul lagi & bertambah parah (melebar).
4. Efek REBOUND yaitu memberikan respon berlawanan (KULIT AKAN MENJADI GELAP/KUSAM SAAT PEMAKAIAN KOSMETIK DIHENTIKAN).
5. Bagi Wajah yang tadinya bersih lambat laun akan timbul flek yang sangat parah (lebar).
6. Dapat mengakibatkan kanker kulit.

Unsur merkuri yang ada di kosmetik akan diserap melalui kulit, kemudian akan dialirkan melalui darah keseluruh tubuh dan merkuri itu akan mengendap di dalam ginjal yang berakibat terjadinya GAGAL GINJAL. (BISA MENYEBABKAN KEMATIAN) Merkuri dalam krim pemutih (yang mungkin tidak tercantum pada labelnya) dapat menimbulkan keracunan bila digunakan untuk waktu lama.











BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
1.      Dalam bidang kedolteran maerkuri di manfaatkan untuk pengobatan penyakit kelamin sifilis.
2.      Dalam bidang pertanian merkuri digunakan untuk membunuh jamur dan baik digunakan sebagai pengawet produk hasil pertanian.
3.      Dalam bidang industri merkuri digunakan sebagai pembuatan klor alkali yang menghasilkan klorin (Cl2), yang dimanfaatkan sebagai penjernih air dan pembasmi kuman oleh perusahaan air.
4.      Merkuri sangat berbahaya terhadap ketidaksuburan dan kecacatan bayi, kesehatan, dan merkuri juga berbahay jika digunakan dalam kosmetik.
5.      Merkuri dapat menyerang saraf-saraf sensorik dan motorik.
6.      Merkuri juga dapat mengakibatkan gagal ginjal.
7.      Emas terdapat bebas dalam bongkahan
3.2  Saran
                Dalam memilih produk yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari hendaknya lebih teliti dan menjauhi penggunaan produk yang mengandung bahan kimia. Walau memberi efek positif, namun apabila digunakan dalam jangka panjang akan memberika efek negatif.





DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: ANDI

Alfian, Z. 2006. Merkuri: Antara Manfaat dan Efek Penggunaannya Bagi Kesehatan Manusia dan Lingkungan. [Online]. Avaliable: http://library.usu.ac.id/download/e-book/zul%20alfian.pdf. [18 Desember 2012]

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Konisius.

Hutabarat, S dan Steward M E. 1985. Pengantar Oseanografi. Jakarta: UI-Press.

Martono, H. 2005. Penanganan Kasus Keracunan Metil Merkuri di Minamata. Laporan Penelitian. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Ekologi Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Masriani dan Eny E. 2003. Usaha Pemanfaatan Kepah (Batissa Sp) Sebagai Bioindikator Tingkat Cemaran Logam Berat Pb dan Cd di Perairan Sungai Kapuas. Laporan Penelitian. Pontianak: FKIP UNTAN.
http://www.ilmukesker.com/ mudah-mudahan bisa menambah wawasan kita. Di akses tanggal 30 mei 2012.