A. MUNCUL dan BERKEMBANGNYA AGAMA HINDU di INDIA
- MUNCULNYA AGAMA HINDU di INDIA
Perkembangan agama Hindu-Budha tidak dapat lepas dari peradaban
lembah Sungai Indus, di India. Di Indialah mulai tumbuh dan berkembang
agama dan budaya Hindu dan Budha. Dari tempat tersebut mulai menyebarkan
agama Hindu-Budha ke tempat lain di dunia. Agama Hindu tumbuh bersamaan
dengan kedatangan bangsa
Aria (cirinya kulit putih, badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa (Peradaban Lembah Sungai Indus) melalui celah
Kaiber (Kaiber Pass) pada 2000-1500 SM
dan mendesak bangsa
Dravida (berhidung pesek, kulit gelap) dan bangsa
Munda sebagai suku bangsa asli yang telah mendiami daerah tersebut. Bangsa Dravida disebut juga
Anasah yang berarti berhidung pesek dan
Dasa yang berarti raksasa. Bangsa Aria sendiri termasuk dalam ras
Indo Jerman. Awalnya bangsa Aria bermatapencaharian sebagai peternak kemudian setelah menetap mereka hidup bercocok tan
am.
Bangsa Aria merasa ras mereka yang tertinggi sehingga tidak mau
bercampur dengan bangsa Dravida. Sehingga bangsa Dravida menyingkir ke
selatan Pegunungan Vindhya.
Orang Aria mempunyai kepercayaan untuk memuja banyak Dewa (
Polytheisme),
dan kepercayaan bangsa Aria tersebut berbaur dengan kepercayaan asli
bangsa Dravida yang masih memuja roh nenek moyang. Berkembanglah Agama
Hindu yang merupakan
sinkretisme (percampuran) antara
kebudayaan dan kepercayaan bangsa Aria dan bangsa Dravida. Terjadi
perpaduan antara budaya Arya dan Dravida yang disebut Kebudayaan Hindu
(Hinduisme). Istilah Hindu diperoleh dari nama daerah asal penyebaran
agama Hindu yaitu di Lembah Sungai
Indus/ Sungai
Shindu/
Hindustan
sehingga disebut kebudayaan Hindu yang selanjutnya menjadi agama Hindu.
Daerah perkembangan pertama agama Hindu adalah di lembah Sungai Gangga,
yang disebut
Aryavarta (Negeri bangsa Arya) dan
Hindustan (tanah milik bangsa Hindu).
DEWA
Orang Arya percaya dan memuja banyak dewa (
Polytheisme).
Bagi mereka, tiap-tiap dewa merupakan lambang kekuatan terhadap alam
sehingga perlu disembah/ dipuja dan dihormati. Contoh dewa dalam
kepercayaan bangsa Arya:
Pretivi sebagai dewa Bumi,
Surya sebagai Dewa Matahari,
Vayu sebagai Dewa Angin,
Varuna sebagai Dewa Laut,
Agni sebagai Dewa Api.
Dalam ajaran agama Hindu dikenal 3 dewa utama, yaitu:
Brahma sebagai dewa pencipta segala sesuatu.
Wisnu sebagai dewa pemelihara alam
Siwa sebagai dewa perusak
Ketiga dewa tersebut dikenal dengan sebutan Tri Murti
KITAB SUCI
Kitab suci agama Hindu disebut Weda (Veda) artinya pengetahuan
tentang agama. Pemujaan terhadap para dewa-dewa dipimpin oleh golongan
pendeta/Brahmana. Ajaran ritual yang dijadikan pedoman untuk
melaksanakan upacara keagamaan yang ditulis oleh para Brahmana disebut
kitab Veda/Weda yang terdiri dari 4 bagian, yaitu:
- Reg Veda, berisi tentang ajaran-ajaran Hindu, merupakan kitab tertua (1500-900 SM) kira-kira muncul saat bangsa Aria ada di Punjab.
- Yajur Veda, berisi doa-doa yang dibacakan waktu diselenggarakan upacara agama, lahir saat bangsa Aria menguasai daerah Gangga Tengah.
- Sama Veda, berisi nyanyian puji-pujian yang wajib dinyanyikan saat diselenggarakan upacara agama.
- Atharwa Veda, berisi kumpulan mantera-mantera gaib, doa-doa
untuk menyembuhkan penyakit. Doa/mantra muncul saat bangsa Arya
menguasai Gangga Hilir.
Selain itu terdapat kitab-kitab sebagai berikut.
- Kitab Brahmanas berisi pedoman ritual keagamaan bagi para Brahmana. Kitab Brahmana merupakan tafsir dari kitab Weda
- Upanishad berisi khotbah-khotbah gaib. Kitab Upanisad berisi ajaran tentang cara-cara menghindarkan diri dari samsara.
- Aranyakas berisi kitab untuk para pertapa.
- Om merupakan simbol agama Hindu jika diucapkan secara sangat sakral sama saja dengan berdoa itu sendiri.
SISTEM KASTA
Sistem kemasyarakatan yang tercipta dalam masyrakat Hindu menurut Kitab Rig-Vega adalah sebagai berikut:
Mereka hidup di desa, mata pencaharian mereka beternak dan bertani.
Mereka mengenal pertenunan, pembuatan barang keramik dan pertukangan.
Kepala pemerintahan tertinggi, raja yang berkuasa turun temurun. Dibantu
dewan tertua dan kaum Brahmana. Mengenal pembagian masyarakat atas
kasta-kasta tertentu, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya dan Sudra.
Pembagian tersebut didasarkan pada tugas/ pekerjaan mereka.
- Brahmana bertugas mengurus soal kehidupan keagamaan,
terdiri dari para pendeta. Keberadaan kasta ini ada pada posisi paling
penting dan punya pranan yang sangat besar bagi berjalannya
pemerintahan. Mereka adalah orang yang paling mengerti menegnai seluk
beluk agama Hindu, serta menjadi penasehat raja.
- Ksatria berkewajiban menjalankan pemerintahan termasuk
pertahanan Negara. Yang termasuk dalam kasta ini adalah para bangsawan,
raja dan keluarganya, para pejabat pemerintah. Kasta ini memiliki
kedudukan yang penting dalam pemerintahan, punya banyak hak tetapi tidak
memiliki kewajiban untuk membayar pajak, memberikan persembahan, dsb.
- Waisya bertugas berdagang, bertani, dan berternak. Mereka
yang tergolong dalam kasta ini adalah para pedagang besar
(saudagar),para pengusaha. Dalam golongan masyarakat biasa kasta ini
cukup memiliki peran penting.
- Sudra bertugas sebagai petani/ peternak, para pekerja/
buruh/budak. Mereka adalah para pekerja kasar. Mereka mempunyai banyak
kewajiban terutama wajib kerja tetapi keberadaannya kurang diperhatikan.
- Di luar kasta tersebut terdapat kasta Paria terdiri dari pengemis dan gelandangan.
Pembagian kasta muncul sebagai upaya pemurnian terhadap keturunan
bangsa Aria sehingga dilakukan pelapisan yang bersumber pada ajaran
agama. Pelapisan tersebut dikenal dengan
Caturwangsa/Caturwarna,
yang berarti empat keturunan/ empat kasta. Pembagian kasta tersebut
didasarkan pada keturunan. Dalam konsep Hindu sesorang hanya dapat
terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu.
Perkawinan antar kasta dilarang dan jika terjadi dikeluarkan dari kasta dan masuk dalam golongan kaum
Paria seperti bangsa Dravida.
Paria disebut juga
Hariyan dan merupakan mayoritas penduduk India.
KEMUNDURAN AGAMA HINDU
Pada abad ke 6 SM agama Hindu mengalami kemunduran (kemunduran bukan
berarti hilang sama sekali) disebabkan oleh faktor-faktor, yaitu:
- Kaum Brahmana terlalu memonopoli upacara keagamaan.
Masyarakat umum tidak tahu mengenai seluk beluk (detail) agama Hindu
hanya pendetalah yang tahu karena mereka yang menguasai bahasa
Sansekerta (bahasa yang digunakan dalam kitan suci Weda). Hal ini
menyebabkan muncul rasa anti agama sebab seakan-akan agama Hindu hanya
untuk kaum brahmana atau paling tidak kasta ksatria tapi untuk rakyat
biasa tidak akan memberikan pengaruh baik.
- Adanya sistem kasta dalam agama Hindu
Sistem kasta dalam agama Hindu membedakan derajat dan martabat
manusia berdasarkan kelahirannya. Golongan Brahmana berada pada kasta
tertinggi sementara Masyarakat biasa terutama Sudra berada pada kasta
terendah yang dibebankan kewajiban yang berat. Karena kedudukannya
tertinggi maka tak jarang kaum pendeta bertindak sewenang-wenang.
- Timbul golongan yang berusaha mencari jalan sendiri untuk mencapai
hidup abadi yang sejati. Golongan tersebut disebut golongan Buddha yang
dihimpun oleh Sidharta.
B. MUNCUL dan BERKEMBANGNYA AGAMA BUDHA di INDIA MASUKNYA AGAMA BUDHA DI INDIA
Agama Budha tumbuh di India tepatnya bagian Timur Laut. Muncul
sekitar 525 SM. Agama Budha muncul dan dikenalkan oleh Sidharta (semua
harapan dikabulkan). Agama Budha muncul disebabkan karena :
- Sidharta melihat adanya dominasi golongan Brahmana atas ajaran dan
ritual keagamaan dalam masyarakat India. Lagipula hanya kaum brahmana
yang menguasai kitab suci Weda sementara kasta lain tau mengenai ajaran
Hindu dari Brahmana tanpa boleh mempelajari langsung ajaran Hindu. Dalam
kegiatan pemerintahan pun Brahmana turut campur tangan.
- Sidharta memandang bahwa adanya sistem kasta dalam agama Hindu dapat
memecah belah masyarakat, bahkan sistem kasta dianggap membedakan
derajat dan martabat manusia berdasarkan kelahiran. Padahal setiap
manusia itu sama kedudukannya.
Itulah fenomena yang ada di lingkungannya sementara itu satu hal yang
membuat Sidharta akhirnya berusaha untuk menentang adat dan tradisi
yang ada adalah karena beliau melihat adanya kenyataan hidup bahwa
manusia akan tua, sakit, mati, dan hidup miskin yang intinya bahwa bagi
Sidharta kehidupan adalah suatu “PENDERITAAN”. Oleh karena itu manusia
harus dapat menghindarkan diri dari penderitaan (samsara), dan demi
mencari cara atau jalan untuk membebaskan diri dari penderitaan guna
mencapai kesempurnaan maka beliau meninggalkan istana dengan segala
kemewahannya melakukan meditasi tepatnya di bawah pohon Bodhi di daerah
Bodh Gaya. Dalam meditasinya tersebut akhirnya Sidharta memperoleh
penerangan agung dan saat itulah terlahir/ tercipta agama Budha. Agama
Budha lahir sebagai upaya pengolahan pemikiran dan pengolahan diri
Sidharta sehingga menemukan cara yang terbaik bagi manusia agar dapat
terbebas dari penderitaan di dunia sehingga dapat mencapai kesempuirnaan
(nirwana) dan berharap tidak akan terlahir kembali di dunia untuk
merasakan penderitaan yang sama.
Menurut agama Budha kesempurnaan (Nirwana) dapat dicapai oleh setiap
orang tanpa harus melalui bantuan pendeta/ kaum Brahmana berbeda dengan
ajaran Hindu dimana hanya pendeta yang dapat membuat orang mencapai
kesempurnaan.
Dalam Budha, setiap orang mempunyai hak dan kesempatan yang sama
untuk mencapai kesempurnaan tersebut asalkan ia mampu mengendalikan
dirinya sehingga terbebas dari samsara (kesengsaraan).
Sidharta Gautama dikenal sebagai Budha atau seseorang yang telah
mendapat pencerahan. Sidharta artinya orang yang mencapai tujuan.
Sidharta disebut juga Budha Gautama yang berarti orang yang menerima
bodhi.
KITAB SUCI
Ajaran agama Budha dibukukan dalam kitab Tripitaka (dari bahasa Sansekerta
Tri artinya tiga dan
pitaka artinya keranjang). Kitab Tripitaka terdiri atas 3 kumpulan tulisan, yaitu :
- Sutta (Suttanata) Pitaka berisi kumpulan khotbah, pokok-pokok atau dasar ajaran sang Buddha
- Vinaya Pitaka berisi kodefikasi aturan-aturan yang
berkenaan dengan kehidupan pendeta atau segala macam peraturan dan hukum
yang menentukan cara hidup para pemeluknya.
- Abhrdharma Pitaka berisi filosofi (falsafah agama), psikologi, klasifikasi, dan sistematisasi doktrin
KOTA SUCI
Ada 4 tempat yang dianggap suci oleh umat Budha karena berhubungan
dengan kehidupan Sidharta. Keempat tempat tersebut adalah sebagai
berikut :
- Taman Lumbini di Kapilawastu sebagai tempat kelahiran
Sidharta (563 SM). Sementara itu masa kecil Sidharta di lewatkan di
daerah Kapilawastu tersebut.
- Bodh Gaya sebagai tempat Sidharta menerima penerangan agung.
- Benares (Taman Rusa) sebagai tempat Sidharta pertama kali mengajarkan ajarannya.
- Kusinegara merupakan tempat wafat Sidharta (482 SM)
- Peristiwa kelahiran, menerima penerangan agung dan kematian Sidharta
terjadi pada tanggal yang bersamaan yaitu waktu bulan purnama pada
bulan Mei. Sehingga ketiga peristiwa tersebut dirayakan umat Budha
sebagai Triwaisak.
PERKEMBANGAN AGAMA BUDHA
Perkembangan Agama Budha mencapai puncaknya kejayaannya pada masa
pemerintahan raja Ashoka dari Dinasti Maurya. Ia mampu menjadikan ¾
wilayah India menganut agama Budha dan Ia menetapkan agama Budha sebagai
agama resmi negara. Perkembang agama Budha saat itu cepat serta dapat
diterima masyarakat India. Selain faktor utama ini terdapat juga faktor
pendukung diantaranya adalah sebagai berikut.
- Penyebaran agama Budha dilakukan dengan mengunakan bahasa rakyat sehari-hari seperti bahasa Prakrit, dan bukan bahasa Sansekerta yang hanya dikuasai dan dimengerti oleh kaum Brahmana.
- Ajaran agama Budha dapat diterima/ dianut dan disebarkan pada
siapapun tidak hanya pada golongan tertentu sehingga dapat disebut
ajaran Sidharta ini bersifat non-eksklusif.
- Dalam agama Budha tidak dikenal adanya sistem kasta sebab sistem ini
dipandang akan membedakan masyarakat atas harkat dan martabatnya.
Sehingga dalam Budha laki-laki ataupun perempuan, miskin atupun kaya
sama saja semuanya punya hak yang sama dalam kehidupan ini.
PERPECAHAN AGAMA BUDHA
Setelah 100 tahun wafatnya Sang Budha timbul bermacam-macam
penafsiran terhadap hakikat ajaran Budha. Perpecahan dalam agama Budha
terjadi karena masing-masing mempunyai pandangan/ aliran sendiri.
Diantaranya aliran yang terkenal yaitu Hinayana dan Mahayana.
- Hinayana artinya kendaraan kecil. Menurut aliran ini tiap
orang wajib berusaha sendiri untuk mencapai nirwana. Untuk mencapai
Nirwana sangat tergantung pada usaha diri melakukan meditasi. Hinayana,
lebih tertutup hanya mengejar pembebasan bagi diri sendiri. Yang berhak
menjadi Sanggha adalah para biksu dan biksuni yang berada di Wihara.
Ajarannya lebih mendekati Budha semula. Pengikutnya sebagian besar
berada di daerah Srilanka, Myanmar (Birma), dan Muangtai.
- Mahayana artinya kendaraan besar. Mahayana,
sifatnya terbuka. Penganut aliran ini mengajarkan pembebasan bagi diri
sendiri serta bermisi pembebasan bagi orang lain. Setiap orang berhak
menjadi Sanggha sejauh sanggup menjalankan ajaran dan petunjuk sang
Budha. Jadi aliran Mahayana mengajarkan untuk mencapai Nirwana setiap
orang harus mengembangkan kebijaksanaan dan sifat welas asih (belas
kasih). Setiap manusia berusaha hidup bersama/ membantu setiap orang
lain dalam mencapai Nirwana. Ajarannya sudah berbeda dengan ajaran Budha
semula. Para pengikutnya sebagian besar ada di daerah Indonesia,
Jepang, Cina, dan Tibet.
AJARAN SANG BUDHA
Budha mengajarkan 4 kenyataan dalam hidup, yaitu bahwa:
- Hidup merupakan samsara
- Samsara disebabkan oleh nafsu yang menguasai manusia
- Samsara dapat dihilangkan dengan menghilangkan nafsu
- Untuk menghilangkan nafsu, ditempuh delapan jalur kebenaran.
Delapan Jalan Kebenaran :
- Mempunyai pandangan yang
benar
– Punya penghidupan yang benar
- Mempunyai niat yang
benar
– Berusaha yang benar
- Berbicara yang
benar
– Memperhatikan hal-hal yang benar
- Berbuat yang
benar
– Bersemadi yang benar
Tiga Kebaktian (Tri Dharma)dalam agama Budha :
- Berbakti kepada Sang Budha
- Berbakti kepada ajaran-ajarannya
- Berbakti kepada Sanggha (jemaat Perkumpulan)
Tridharma jika diucapkan oleh seseorang yang mau masuk agama budha adalah sebagai berikut.
- Saya mencari perlindungan pada Budha
- Saya mencari perlindungan pada Dharma
- Saya mencari perlindungan pada Sanggha
Selain Tridarma dalam agama Budha dikenal juga Triratna yang berarti tiga mutiara, terdiri dari Budha, Dharma, dan Sanggha.
Budha, yaitu Sidharta yang telah dianggap sebagai dewa
Dharma, yaitu kewajiban yang harus ditaati oleh umat Buddha.
Sanggha, yaitu aturan/ perkumpulan dalam agama Budha
KEMUNDURAN AGAMA BUDHA
Kemunduran agama Budha di India disebabkan karena :
- Setelah Asoka wafat (232 SM) tidak ada raja yang mau melindungi dan mengembangkan agama Budha di India.
- Agama Hindu berusaha memperbaiki kelemahan-kelemahannya sehingga pengikutnya bertambah banyak.
PERSAMAAN dan PERBEDAAN AGAMA HINDU-BUDHA
Persamaan Hindu dan Budha :
- Sama-sama tumbuh dan berkembang di India
- Selalu berusaha untuk meletakkan dasar-dasar ajaran kebenaran dalam
kehidupan manusia di dunia ini. Diarahkan pada tindakan-tindakan yang
dibenarkan oleh agama.
- Tujuan untuk menyelamatkan umat manusia dari rasa kegelapan/
mengantarkan umat manusia untuk dapat mencapai tujuan hidupnya yaitu
kesempurnaan.
Perbedaan
Hindu dan Budha :
HINDU
|
BUDHA
|
Muncul sebagai perpaduan budaya bangsa Aria dan bangsa Dravida |
Muncul sebagai hasil pemikiran dan
pencerahan yang diperoleh Sidharta dalam rangka mencari jalan lain
menuju kesempurnaan(nirwana) |
Kitab sucinya, WEDA |
Kitab Sucinya, TRIPITAKA |
Mengakui 3 dewa tertinggi yang disebut Trimurti |
Mengakui Sidharta Gautama sebagai guru besar/ pemimpin agama Budha |
Kehidupan masyarakat dikelompokkan menjadi 4
golongan yang disebut Kasta (kedudukan seseorang dalam masyarakat
diterima secara turun-temurun/didasarkan pada keturunan). |
Tidak diakui adanya kasta dan memandang kedudukan seseorang dalam masyarakat adalah sama. |
Adanya pembedaan harkat dan martabat/hak dan kewajiban seseorang |
Tidak mengenal pembagian hak antara pria dan wanita |
Agama Hindu hanya dapat dipelajari oleh
kaum pendeta/Brahmana dan disebarkan/ diajarkan pada golongan tertentu
sehingga sering disebut agamanya kaum brahmana. |
Agama Budha dapat dipelajari dan diterima oleh semua orang tanpa memandang kasta |
Agama Hindu hanya bisa dipelajari dengan menggunakan bahasa Sansekerta |
Agama Budha disebarkan pada rakyat dengan menggunakan bahasa rakyat sehari-hari, seperti bahasa Prakrit |
Kesempurnaan (Nirwana) hanya dapat dicapai dengan bantuan/bimbingan pendeta |
Setiap orang dapat mencapai kesempurnaan dengan usaha sendiri yaitu dengan meditasi |
Seorang terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu sehingga kehidupan telah ditentukan sejak lahir. |
Kehidupannya ditentukan oleh darma baik yang berhasil dilakukan semasa hidup |
Mengenal adanya kelahiran kembali setelah kematian (reinkarnasi) |
Tidak menenal reinkarnasi tetapi mengenal karma |
Dibenarkan untuk mengadakan upacara korban |
Tidak dibenarkan mengadakan upacara korban |
C. MASUKNYA AGAMA HINDU dan BUDHA DI INDONESIA
Persebaran agama dan budaya Hindu-Budha dari India ke Indonesia
melalui jalur lalu lintas perdagangan dan pelayanan. Sejak awal abad 1 M
Indonesia telah menjalin hubungan dagang dengan negara lain. Hal ini,
dikarenakan letak geografis Indonesia yang sangat strategis sehingga
memungkinkan hubungan dagang dengan negara lain. Pelayaran di Indonesia
awalnya dilakukan hanya sebagai lalu lintas utama penghubung antarpulau
tetapi kemudian hal tersebut mendorong adanya aktivitas perdagangan.
Pelayaran perdagangan tersebut akhirnya dilakukan bukan hanya di
Indonesia saja. Hal ini disebabkan karena :
- Setelah ditemukan jalur melalui laut antara Romawi dan Cina maka
perlayaran dan perdagangan Asia semakin ramai. Sehingga wilayah yang
dilalui jalur perlayaran dan perdagangan tersebut ikut aktif dalam
perdagangan. Indonesia sebagai wilayah yang strategis menjalin hubungan
dengan Cina dan India. Wilayah Indonesia yang berada di sebelah Timur
India menyebabkan para pelaut India lebih mudah mencapai Indonesia dan
terbentuklah perdagangan antara India dan Indonesia.
- Didukung adanya pola angin musim yang berubah arah setiap 6 bulan.
- Didukung adanya perluasan kekuasaan kerajaan Cina yang membawa
kekuasaannya ke Asia Tenggara mendorong timbul perdagangan maritim di
Asia Barat ke Cina Selatan melalui Indonesia. Perdagangan di Asia Barat
didukung oleh para pedagang India.
- Barang perdagangan: emas, kayu cendana, rempah-rempah, kayu wangi, kapur barus, dan kemenyan dari India sampai Indonesia.
Melalui perdagangan tersebut berkembanglah kebudayaan Asing termasuk
India serta Agama Hindu dan Budha yang dianut oleh sebagian besar
pedagang India. Agama tersebutlah yang kemudian dianut oleh raja-raja di
Indonesia yang selanjutnya mempengaruhi segala aspek kehidupan
masyarakat di Indonesia.
Masuknya dan berkembangnya Agama Hindu di Indonesia
Terdapat beberapa teori mengenai siapakah yang membawa masuknya agama
dan kebudayaan Hindu di Indonesia. Teori-teori tersebut antara lain:
1. Teori Sudra (dikemukakan oleh Van Feber)
Inti dari teori ini adalah bahwa masuk dan berkembangnya agama Hindu
ke Indonesia dibawa oleh orang-orang India yang berkasta Sudra.
Pendapat dari Van Feber adalah bahwa:
- Orang India berkasta Sudra (pekerja kasar) menginginkan kehidupan
yang lebih baik daripada mereka tinggal menetap di India sebagai pekerja
kasar bahkan tak jarang mereka dijadikan sebagai budak para majikan
sehingga mereka pergi ke daerah lain bahkan ada yang sampai ke
Indonesia.
- Orang berkasta sudra yang berada pada kasta terendah di India tidak
jarang dianggap sebagai orang buangan sehingga mereka meninggalkan
daerahnya pergi ke daerah lain bahkan keluar dari India hingga ada yang
sampai ke Indonesia agar mereka mendapat kedudukan yang lebih baik dan
lebih dihargai.
Bantahan ahli terhadap teori ini adalah sebagai berikut.
- Golongan Sudra tidak menguasai seluk beluk ajaran agama Hindu sebab
mereka tidak menguasai bahasa Sansekerta yang digunakan dalam Kitab Suci
Weda (terdapat aturan dan ajaran agama Hindu). Terlebih tidak sembarang orang dapat menyentuhnya, membaca dan mengetahui isinya.
- Tujuan utama golongan Sudra meninggalkan India adalah untuk mendapat
penghidupan dan kedudukan yang lebih baik (memperbaiki keadaan/kondisi
mereka). Sehingga jika mereka ke tempat lain pasti hanya untuk
mewujudkan tujuan utama mereka bukan untuk menyebarkan agama Hindu.
- Dalam sistem kasta posisi kaum sudra ada pada kasta terendah
sehingga tidak mungkin mereka mau menyebarkan agama Hindu yang merupakan
milik kaum brahmana, kasta diatasnya. Jika mereka menyebarkan
agama Hindu berarti akan lebih mengagungkan posisi kasta brahmana, kasta
yang telah menempatkan mereka pada kasta terendah.
2. Teori Waisya (dikemukakan oleh NJ.Krom)
Inti dari teori ini yaitu bahwa masuk dan berkembangnya agama Hindu
ke Indonesia dibawa oleh orang India berkasta Waisya yaitu golongan
pedagang.
Mereka datang dan berperan sebagai penyebar agama Hindu ke Indonesia.
Seperti bangsa Gujarat yang menjadi pedagang pada zaman Islam atau
bangsa Barat pada zaman modern.
Menurut NJ.Krom ada 2 kemungkinan Agama Hindu disebarkan oleh pedagang:
- Para pedagang dari India melakukan perdagangan dan akhirnya sampai
ke Indonesia memang hanya untuk berdagang. Melalui interaksi perdagangan
itulah agama Hindu disebarkan pada rakyat Indonesia.
- Para pedagang dari India yang singgah di Indonesia kemudian
mendirikan pemukiman sembari menunggu angin musim yang baik untuk
membawa mereka kembali ke India. Merekapun akan berinteraksi dengan
penduduk sekitar dan menyebarkan agama pada penduduk lokal Indonesia.
Selanjutnya jika ada yang tertarik dengan penduduk setempat dan
memutuskan untuk menikah serta berketurunan maka melalui keturunan
inilah agama Hindu disebarkan ke masyarakat sekitar.
Faktor yang memperkuat teori dari NJ. Krom adalah bahwa:
- Teori ini mudah diterima oleh akal sebab dalam kehidupan, faktor
ekonomi menjadi sangat penting dan perdagangan merupakan salah satu
bentuk dalam kegiatan berekonomi. Sehingga melalui kegiatan perdagangan
dirasa akan lebih mudah untuk berhubungan dengan orang dari berbagai
daerah.
- Adanya bukti yang menunjukkan bahwa terdapat perkampungan para
pedagang India di Indonesia yang disebut Kampung Keling yang terletak di
beberapa daerah di Indonesia seperti di Indonesia bagian Barat
(Sumatera)
Bantahan para ahli terhadap teori ini :
o Motif mereka datang sekedar
untuk berdagang bukan untuk menyebarkan agama Hindu sehingga hubungan
yang terbentuk antara penduduk setempat bahkan pada raja dengan para
saudagar (pedagang India) hanya seputar perdagangan dan tidak akan
membawa perubahan besar terhadap penyebaran agama Hindu.
o Mereka lebih banyak menetap di
daerah pantai untuk memudahkan kegiatan perdagangannya. Mereka datang ke
Indonesia untuk berdagang dan jika mereka singgah mungkin hanya sekedar
mencari perbekalan untuk perjalanan mereka selanjutnya atau untuk
menunggu angin yang baik yang akan membawa mereka melanjutkan
perjalanan. Sementara itu kerajaan Hindu di Indonesia lebih banyak
terletak di daerah pedalaman seperti Pulau Jawa, Sumatera, dan
Kalimantan. Sehingga, penyebarluasan agama Hindu tidak mungkin dilakukan
oleh kaum Waisya yang menjadi pedagang.
o Meskipun ada perkampungan para
pedagang India di Indonesia tetapi kedudukan mereka tidak berbeda dengan
rakyat biasa di tempat itu, mereka yang tinggal menetap sebagaian besar
hanyalah pedagang-pedagang keliling sehingga kehidupan ekonomi mereka
tidak jauh berbeda dengan penduduk setempat. Sehingga pengaruh budaya
yang mereka bawa tidaklah membawa perubahan besar dalam tatanegara dan
kehidupan keagamaan masyarakat setempat.
o Kaum Waisya tidak mempunyai
tugas untuk menyebarkan agama Hindu sebab yang bertugas menyebarkan
agama Hindu adalah Brahmana. Lagi pula para pedagang tidak menguasai
secara mendalam ajaran agama Hindu dikarenakan mereka tidak memahami
bahasa Sansekerta sebagai pedoman untuk membaca kitab suci Weda.
o Tulisan dalam prasasti dan
bangunan keagamaan Hindu yang ditemukan di Indonesia berasal dari bahasa
Sansekerta yang hanya digunakan oleh Kaum Brahmana dalam kitab-kitab
Weda dan upacara keagamaan.
3. Teori Ksatria (dikemukakan oleh FDK Bosch)
Inti dari teori ini adalah bahwa golongan bangsawan/ksatria dari
India yang membawa masuk dan menyebarkan agama Hindu di Indonesia.
Menurut FDK Bosch ada 3 alasan mengapa Agama Hindu disebarkan oleh bangsawan:
- Raja dan bagsawan serta ksatria dari India yang kalah perang
meninggalkan daerahnya menuju ke daerah lain termasuk Indonesia. Mereka
berusaha menaklukkan daerah baru di Indonesia dan membentuk pemerintahan
baru seperti ketika mereka di India. Dari situ mereka mulai menanamkan
ajaran agama Hindu pada penduduk setempat.
- Kekacauan politik di India menyebabkan para ksatria melarikan diri
sampai di Indonesia dan sesampainya di Indonesia mereka membentuk dan
mendirikan koloni (tanah jajahan) dan mulai menyebarkan agama Hindu.
- Adapula raja dan para bangsawan India yang sengaja datang ke
Indonesia untuk menyerang dan menaklukkan suku-suku di Indonesia.
Setelah mereka berhasil maka akan mendirikan kerajaan dan mulai
menyebarkan agama Hindu.
Teori Ksatria sering juga disebut dengan teori
Kolonisasi . Hal ini disebabkan karena dilakukan penyerbuan dan penklukkan.
Bantahan terhadap teori ini :
- Tidak mungkin pelarian ksatria dari India bisa mendapatkan kedudukan
mulia sebagai raja di wilayah lain, sedangkan di Indonesia masa itu,
seseorang dapat menjadi pemimpin suatu wilayah karena dia dirasa
mempunyai kemampuan lebih daripada yang lainnya. Tidak mungkin rakyat
menginginkan orang yang telah mengalahkan rakyat di wilayah itu untuk
menjadi raja mereka karena mereka pasti harus hidup dalam tekanan dari
orang yang tidak mereka kenal.
- Tidak ada bukti yang kuat baik itu di Indonesia maupun di India
bahwa penyerbuan yang dilakukan bertujuan untuk menyebarkan agama Hindu.
Selain itu tidak ada bukti pendudukan atas beberapa daerah di
Indonesia oleh bangsa India yang bertujuan untuk menyebarkan agama.
Padahal suatu penaklukkan pasti akan dicatat sebagai sebuah kemenangan.
Memang pernah ada serbuan dari bangsa India yang terjadi 2 kali dalam
waktu singkat oleh kerajaan Colamandala (raja Rajendra Coaldewa) atas
kerajaan Sriwijaya yaitu pada tahun 1023 M dan 1030 M. Meskipun berhasil
menawan raja Sriwijaya tetapi serangan tersebut berhasil
dipatahkan/dikalahkan.
- Jika terjadi kolonisasi /penaklukkan pasti akan disertai dengan
pemindahan segala aspek/unsur budaya masyarakat India secara murni di
Indonesia seperti sistem kasta, tatakota, pergaulan, bahasa, dsb. Tetapi
kehidupan masyarakat di Indonesia tidak menunjukkan hal yang sama
persis (tidak asli) dengan kehidupan masyarakat India dari sini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi penguasaan secara mendasar pada segala
aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Budaya Indonesia memiliki peran
yang besar dalam proses pembentukan budaya India-Indonesia sehingga yang
tampak adalah bentuk akulturasi budayanya.
4. Teori Brahmana (dikemukakan oleh J.C. Van Leur)
Inti dari teori ini adalah bahwa yang membawa masuk dan menyebarkan
agama Hindu di Indonesia adalah kaum brahmana dari India. Teori ini
memang paling mudah diterima.
Menurut J.C. Van Leur beberapa alasan mengapa Agama Hindu disebarkan oleh brahmana:
Agama Hindu adalah milik kaum Brahmana sehingga merekalah yang paling
tahu dan paham mengenai ajaran agama Hindu. Urusan keagamaan merupakan
monopoli kaum Brahmana bahkan kekuasaan terbesar dipegang oleh kaum
Brahmana sehingga hanya golongan Brahmana yang berhak dan mampu
menyiarkan agama Hindu.
Prasasti Indonesia yang pertama menggunakan berbahasa Sansekerta,
sedangkan di India sendiri bahasa itu hanya digunakan dalam kitab suci
dan upacara keagamaan Hindu. Bahasa Sansekerta adalah bahasa kelas
tinggi sehingga tidak semua orang dapat membaca dan menulis bahasa
Sansekerta. Di India hanya kasta Brahmana yang menguasai bahasa
Sansekerta sehingga hanya kaum Brahmana-lah yang dapat dan boleh membaca
kitab suci Weda.
Karena kepala suku yang ada di Indonesia kedudukannya ingin diakui
dan kuat seperti raja-raja di India maka mereka dengan sengaja
mendatangkan kaum Brahmana dari India untuk mengadakan upacara penobatan
dan mensyahkan kedudukan kepala suku di Indonesia menjadi raja. Dan
mulailah dikenal istilah kerajaan. Karena upacara penobatan tersebut
secara Hindu maka secara otomatis rajanya juga dinyatakan beragama
Hindu, jika raja beragama Hindu maka rakyatnyapun akan mengikuti rajanya
beragama Hindu.
Ketika menobatkan raja kaum Brahmana pasti membawa kitab Weda ke
Indonesia. Sebelum kembali ke India tak jarang para Brahmana tersebut
akan meniggalkan Kitab Weda-nya sebagai hadiah bagi sang raja. Kitab
tersebut selanjutnya akan dipelajari oleh sang raja dan digunakan untuk
menyebarkan agama Hindu di Indonesia.
Para brahmana sengaja didatangkan ke Indonesia karena raja yang telah
mengenal Brahmana secara khusus meminta Brahmana untuk mengajar di
lingkungan istananya. Dari hal inilah maka agama dan budaya India dapat
berkembang di Indonesia. Sejak itu mulailah secara khusus kepala
suku-kepala suku yang lain yang tertarik terhadap budaya dan ajaran
Hindu mengundang kaum Brahmana untuk datang dan mengajarkan agama dan
budaya India kepada masyarakat Indonesia.
Teori ini didukung dengan adanya bukti bahwa terdapat koloni India di
Malaysia dan pantai Timur Sumatera (populer dengan nama Kampung Keling)
yang banyak ditempati oleh orang Keling dari India Selatan yang
memerlukan kaum Brahmana untuk upacara agama (perkawinan dan kematian).
Bantahan terhadap teori ini :
- Mempelajari bahasa Sansekerta merupakan hal yang sangat sulit jadi
tidak mungkin dilakukan oleh raja-raja di Indonesia yang telah mendapat
kitab Weda untuk mengetahui isinya bahkan menyebarkan pada yang lain.
Sehingga pasti memerlukan bimbingan kaum Brahmana dalam mempelajarinya.
- Menurut ajaran Hindu kuno seorang Brahmana dilarang untuk
menyeberangi lautan apalagi meninggalkan tanah airnya. Jika ia melakukan
hal tersebut maka ia akan kehilangan hak akan kastanya. Sehingga
mendatangkan para Brahmana ke Indonesia bukan merupakan hal yang wajar.
Dari keempat teori tersebut teori yang paling tepat dan disepakati ahli mengenai
masuknya agama Hindu dan Budha di Indonesia
adalah teori Brahmana, yaitu bahwa brahmana/ pendeta dari Indialah yang
membawa masuk agama dan budaya Hindu-Budha ke Indonesia. Istilah
pendeta juga digunakan dalam agama Budha.
Adapun prosesnya sebagai berikut.
Masuknya Agama Hindu ke Indonesia :
Para pendeta dari India mempunyai misi/tugas khusus untuk menyebarkan
agama Hindu, pada akhirnya sampai juga mereka ke Indonesia melalui
jalur perdagangan. Setiba di Indonesia mereka akan melakukan upacara
pengembalian kasta agar mereka memiliki hak untuk menyebarkan ajaran
agama. Selanjutnya mereka akan menemui penguasa lokal (kepala suku).
Jika penguasa lokal tersebut tertarik dengan ajaran Hindu maka para
pendeta bisa langsung mengajarkan dan menyebarkannya. Adapula penguasa
lokal yang kemudian dinobatkan jadi raja serta diHindukan, sehingga jika
rajanya beragama Hindu maka akan lebih mudah untuk menyebarkan agama
Hindu di daerahnya.
Proses ini tidak dapat terjadi hanya satu kali langsung diterima tetapi membutuhkan proses yang lama.
Masuknya Agama Budha ke Indonesia :
Dalam ajaran agama budha juga terdapat misi khusus untuk menyebarkan agama Budha, misi tersebut dikenal dengan
Dharmadhuta.
Untuk menjalankan misinya tersebut maka pendeta Budha melalui jalur
pelayaran dan perdagangan menuju ke Indonesia. Setibanya di Indonesia
mereka akan menemui raja/ penguasa lokal setempat guna meminta izin
untuk menyebarkan agama Budha. Selanjutnya mereka mulai mengajarkan dan
menyebarkan agama Budha, jika pengusa lokal tertarik dan memutuskan
untuk menganut ajaran agama Budha itu akan menjadi semakin mudah bagi
perkembangan agama Budha di daerah tersebut. Jikapun raja tidak tertarik
menganut agama Budha tapi memberi izin pada para pendeta tersebut untuk
menyebarkan agama Budha maka mereka akan mendirikan perkumpulan umat/
jemaat Budha yang disebut Sangha.
Dari keempat teori yang ada menurut para ahli tidak ada yang cocok
menyatakan proses perkembangan agama dan budaya Hindu-Budha di Indonesia
sehingga mereka mengemukakan suatu teori baru untuk menjelaskan proses
perkembangan agama Hindu-Budha di Indonesia yaitu Teori Arus Balik.
Teori Arus Balik sepakat bahwa yang membawa masuk agama dan budaya
Hindu-Budha di Indonesia adalah para pendeta India, tetapi yang
menyebarkan agama Hindu-Budha ke rakyat Indonesia bukan para pendeta
India melainkan orang Indonesia yang diutus oleh raja Indonesia untuk
mempelajari agama dan budaya para pendeta India di negara asalnya yaitu
India. Setelah utusan tersebut menguasai ajaran agama maka mereka akan
kembali ke Indonesia dan menyampaikan pada raja. Raja yang telah
mendapat laporan selanjutnya akan meminta utusan tersebut menyebarkan
dan mengajarkan pengetahuan yang di peroleh dari India tersebut pada
penduduk/ rakyat kerajaan tersebut. Maka semakin berkembanglah ajaran
agama baik Hindu maupun Budha dan terbentuklah kerajaan yang berciri
baik itu Hindu maupun Budha.
Jadi kesimpulan proses masuk dan berkembangnya agama dan budaya Hindu-Budha ke Indonesiaadalah sebagai berikut.
Agama Budha
Agama Budha masuk ke Indonesia dibawa oleh para pendeta didukung dengan adanya misi
Dharmadhuta,
kitab suci agama Budha ditulis dalam bahasa rakyat sehari-hari, serta
dalam agama Budha tidak mengenal sistem kasta. Para pendeta Budha masuk
ke Indonesia melalui 2 jalur lalu lintas pelayaran dan perdagangan,
yaitu melalui jalan daratan dan lautan. Jalan darat ditempuh lewat Tibet
lalu masuk ke Cina bagian Barat disebut
Jalur Sutra, sedangkan
jika menempuh jalur laut, persebaran agama Budha sampai ke Cina melalui
Asia Tenggara. Selanjutnya sampai ke Indonesia mereka akhirnya bertemu
dengan raja dan keluarganya serta mulai mengajarkan ajaran agama Budha,
pada akhirnya terbentuk jemaat kaum Budha. Bagi mereka yang telah
mengetahui ajaran dari pendeta India tersebut pasti ingin melihat tanah
tempat asal agama tersebut secara langsung yaitu India sehingga mereka
pergi ke India dan sekembalinya ke Indonesia mereka membawa banyak hal
baru untuk selanjutnya disampaikan pada bangsa Indonesia. Unsur India
tersebut tidak secara mentah disebarkan tetapi telah mengalami
proses penggolahan dan penyesuaian. Sehingga ajaran dan budaya Budha
yang berkembang di Indonesia berbeda dengan di India.
Agama Hindu
Para pendeta Hindu memiliki misi untuk menyebarkan agama Hindu dan
melalui jalur perdagangan akhirnya sampai di Indonesia. Selanjutnya
mereka akan menemui penguasa lokal (kepala suku). Jika penguasa lokal
tersebut tertarik dengan ajaran Hindu maka para pendeta bisa langsung
mengajarkan dan menyebarkannya. Dalam ajaran agama Hindu konsepnya
adalah seseorang terlahir sebagai Hindu bukan menjadi Hindu maka untuk
menerima ajaran agama Hindu orang Indonesia harus di-Hindu-kan melalui
upacara
Vratyastoma dengan pertimbangan kedudukan sosial/
derajat yang bersangkutan (memberi kasta). Hubungan India-Indonesia
berlanjut dengan adanya upaya para kepala suku/ raja lokal untuk
menyekolahkan anaknya/ utusan khusus ke India guna belajar budaya India
lebih dalam lagi. Setelah kembali ke tanah air mereka kemudian
menyebarkan kebudayaan India yang sudah tinggi. Bahkan tak jarang mereka
mendatangkan para Brahmana India untuk melakukan upacara bagi para
penguasa di Indonesia, seperti upacara
Abhiseka, merupakan
upacara untuk mentahbiskan seseorang menjadi raja. Jika di suatu wilayah
rajanya beragama Hindu maka akan memperkuat proses penyebaran agama
Hindu bagi rakyat di daerah tersebut.
AKULTURASI BUDAYA HINDU-BUDHA-ISLAM di INDONESIA PERKEMBANGAN TRADISI HINDU-BUDHA DI INDONESIA
Fakta tentang Proses Interaksi Masyarakat
Indonesia sebagai daerah yang dilalui jalur perdagangan memungkinkan
bagi para pedagang India untuk sungguh tinggal di kota
pelabuhan-pelabuhan di Indonesia guna menunggu musim yang baik. Mereka
pun melakukan interaksi dengan penduduk setempat di luar hubungan
dagang. Masuknya pengaruh budaya dan agama Hindu-Budha di Indonesia
dapat dibedakan atas 3 periode sebagai berikut.
- Periode Awal (Abad V-XI M)
Pada periode ini, unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih terasa serta
menonjol sedang unsur/ ciri-ciri kebudayaan Indonesia terdesak.
Terlihat dengan banyak ditemukannya patung-patung dewa Brahma, Wisnu,
Siwa, dan Budha di kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara dan
Mataram Kuno.
- Periode Tengah (Abad XI-XVI M)
Pada periode ini unsur Hindu-Budha dan Indonesia berimbang. Hal
tersebut disebabkan karena unsur Hindu-Budha melemah sedangkan unsur
Indonesia kembali menonjol sehingga keberadaan ini menyebabkan munculnya
sinkretisme (perpaduan dua atau lebih aliran). Hal ini
terlihat pada peninggalan zaman kerajaaan Jawa Timur seperti Singasari,
Kediri, dan Majapahit. Di Jawa Timur lahir aliran
Tantrayana
yaitu suatu aliran religi yang merupakan sinkretisme antara kepercayaan
Indonesia asli dengan agama Hindu-Budha. Raja bukan sekedar pemimpin
tetapi merupakan keturunan para dewa. Candi bukan hanya rumah dewa
tetapi juga makam leluhur.
- Periode Akhir (Abad XVI-sekarang)
Pada periode ini, unsur Indonesia lebih kuat dibandingkan dengan
periode sebelumnya, sedangkan unsur Hindu-Budha semakin surut karena
perkembangan politik ekonomi di India. Di Bali kita dapat melihat bahwa
Candi yang menjadi pura tidak hanya untuk memuja dewa. Roh nenek moyang
dalam bentuk
Meru Sang Hyang Widhi Wasa dalam agama Hindu
sebagai manifestasi Ketuhanan Yang Maha Esa. Upacara Ngaben sebagai
objek pariwisata dan sastra lebih banyak yang berasal dari Bali bukan
lagi dari India.
AKULTURASI
Masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan munculnya Akulturasi.
Akulturasi merupakan
perpaduan 2 budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup
berdampingan dan saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur
asli dari kedua kebudayaan tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk
di Indonesia tidak diterima begitu saja melainkan melalui proses
pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi kehidupan masyarakat Indonesia
tanpa menghilangkan unsur-unsur asli. Hal ini disebabkan karena:
- Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang
cukup tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah
perbendaharaan kebudayaan Indonesia.
- Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau local genius
merupakan kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur kebudayaan
asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia.
Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang
telah ada di Indonesia. Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan
akulturasi yang masih terpelihara sampai sekarang. Akulturasi tersebut
merupakan hasil dari proses pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan
kebudayaan Indonesia. Hasil akulturasi tersebut tampak pada.
- Bidang Sosial
Setelah masuknya agama Hindu terjadi perubahan dalam tatanan sosial
masyarakat Indonesia. Hal ini tampak dengan dikenalnya pembagian
masyarakat atas kasta.
- Ekonomi
Dalam ekonomi tidak begitu besar pengaruhnya pada masyarakat
Indonesia. Hal ini disebabkan karena masyarakat telah mengenal pelayaran
dan perdagangan jauh sebelum masuknya pengaruh Hindu-Budha di
Indonesia.
- Sistem Pemerintahan
Sebelum masuknya Hindu-Budha di Indonesia dikenal sistem pemerintahan
oleh kepala suku yang dipilih karena memiliki kelebihan tertentu jika
dibandingkan anggota kelompok lainnya. Ketika pengaruh Hindu-Budha masuk
maka berdiri Kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang berkuasa
secara turun-temurun. Raja dianggap sebagai keturuanan dari dewa yang
memiliki kekuatan, dihormati, dan dipuja. Sehingga memperkuat
kedudukannya untuk memerintah wilayah kerajaan secara turun temurun.
Serta meninggalkan sistem pemerintahan kepala suku.
- Bidang Pendidikan
Masuknya Hindu-Budha juga mempengaruhi kehidupan masyarakat Indonesia
dalam bidang pendidikan. Sebab sebelumnya masyarakat Indonesia belum
mengenal tulisan. Namun dengan masuknya Hindu-Budha, sebagian masyarakat
Indonesia mulai mengenal budaya baca dan tulis.
Bukti pengaruh dalam pendidikan di Indonesia yaitu :
- Dengan digunakannya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa dalam
kehidupan sebagian masyarakat Indonesia. Bahasa tersebut terutama
digunakan di kalangan pendeta dan bangsawan kerajaan. Telah mulai
digunakan bahasa Kawi, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Bali Kuno yang
merupakan turunan dari bahasa Sansekerta.
- Telah dikenal juga sistem pendidikan berasrama (ashram) dan
didirikan sekolah-sekolah khusus untuk mempelajari agama Hindu-Budha.
Sistem pendidikan tersebut kemudian diadaptasi dan dikembangkan sebagai
sistem pendidikan yang banyak diterapkan di berbagai kerajaan di
Indonesia.
- Bukti lain tampak dengan lahirnya banyak karya sastra bermutu tinggi
yang merupakan interpretasi kisah-kisah dalam budaya Hindu-Budha.
Contoh :
- Empu Sedah dan Panuluh dengan karyanya Bharatayudha
- Empu Kanwa dengan karyanya Arjuna Wiwaha
- Empu Dharmaja dengan karyanya Smaradhana
- Empu Prapanca dengan karyanya Negarakertagama
- Empu Tantular dengan karyanya Sutasoma.
- Pengaruh Hindu Budha nampak pula pada berkembangnya ajaran budi
pekerti berlandaskan ajaran agama Hindu-Budha. Pendidikan tersebut
menekankan kasih sayang, kedamaian dan sikap saling menghargai sesama
manusia mulai dikenal dan diamalkan oleh sebagian masyarakat Indonesia
saat ini.
Para pendeta awalnya datang ke Indonesia untuk memberikan pendidikan
dan pengajaran mengenai agama Hindu kepada rakyat Indonesia. Mereka
datang karena berawal dari hubungan dagang. Para pendeta tersebut
kemudian mendirikan tempat-tempat pendidikan yang dikenal dengan
pasraman.
Di tempat inilah rakyat mendapat pengajaran. Karena pendidikan tersebut
maka muncul tokoh-tokoh masyarakat Hindu yang memiliki pengetahuan
lebih dan menghasilkan berbagai karya sastra.
Rakyat Indonesia yang telah memperoleh pendidikan tersebut kemudian
menyebarkan pada yang lainnya. Sebagian dari mereka ada yang pergi ke
tempat asal agama tersebut. Untuk menambah ilmu pengetahuan dan
melakukan ziarah. Sekembalinya dari sana mereka menyebarkan agama
menggunakan bahasa sendiri sehingga dapat dengan mudah diterima oleh
masyarakat asal.
Agama Budha tampak bahwa pada masa dulu telah terdapat guru besar
agama Budha, seperti di Sriwijaya ada Dharmakirti, Sakyakirti,
Dharmapala. Bahkan raja Balaputra dewa mendirikan asrama khusus untuk
pendidikan para pelajar sebelum menuntut ilmu di Benggala (India)
- Kepercayaan
Sebelum masuk pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia, bangsa Indonesia
mengenal dan memiliki kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek
moyang (animisme dan dinamisme). Masuknya agama Hindu-Budha mendorong
masyarakat Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha walaupun tidak
meninggalkan kepercayaan asli seperti pemujaan terhadap arwah nenek
moyang dan dewa-dewa alam. Telah terjadi semacam
sinkritisme yaitu penyatuaan paham-paham lama seperti animisme, dinamisme, totemisme dalam keagamaan Hindu-Budha.
Contoh :
Di Jawa Timur berkembang aliran Tantrayana seperti yang dilakukan
Kertanegara dari Singasari yang merupakan penjelmaaan Siwa. Kepercayaan
terhadap roh leluhur masih terwujud dalam upacara kematian dengan
mengandakan kenduri 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1 tahun, 2 tahun
dan 1000 hari, serta masih banyak hal-hal yang dilakukan oleh masyarakat
Jawa.
6.
Seni dan Budaya
Pengaruh kesenian India terhadap kesenian Indonesia terlihat jelas pada bidang-bidang dibawah ini:
Seni Bangunan
Seni bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran
antara seni asli bangsa Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi
merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya bangsa Indonesia dengan
India. Candi merupakan hasil bangunan zaman
megalitikum yaitu
bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha.
Contohnya candi Borobudur. Pada candi disertai pula berbagai macam benda
yang ikut dikubur yang disebut bekal kubur sehingga candi juga
berfungsi sebagai makam bukan semata-mata sebagai rumah dewa. Sedangkan
candi Budha, hanya jadi tempat pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih
dan abu jenazah ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa.
Seni Rupa
Seni rupa tampak berupa patung dan relief. Patung dapat kita lihat
pada penemuan patung Budha berlanggam Gandara di Bangun Kutai. Serta
patung Budha berlanggam Amarawati di Sikending (Sulawesi Selatan).
Selain patung terdapat pula relief-relief pada dinding candi seperti
pada Candi Borobudur ditemukan relief cerita sang Budha serta suasana
alam Indonesia.
Periode
|
Patung
|
Relief
|
Periode Awal |
Patung para dewa Hindu-Budha seperti Brahma, Wisnu, Siwa |
Berciri Naturalis (alami) misalnya relief
candi Borobudur menggambarkan kehidupan Sidharta Gautama. Sedangkan
relief Prambanan mengambarkan Ramayana dan Kresnayana. |
Periode Tengah |
Di Jawa Timur dibuat patung raja-raja di
Indonesia yang merupakan titisan para dewa. Contoh Patung Tribuana
sebagai Parwati/Kertanegara sebagai Siwa. |
Di Jawa Timur unsur Indonesia semakin kuat
tamapk pada relief Candi Panataran yang tidak naturalis melainkan
bergaya wayang. Menunjukkan pada kepercayaan memuja roh nenek moyang. |
Periode Akhir |
Patung di Bali sudah banyak menggambarkan makhluk-makhluk seram (demon) |
Di Bali relief yang mencolok berupa
candi-candi yang dibuat di tebing sungai merupakan makam raja seperti
yang ada di Gunung Kawi (Tampak Siring) |
Seni Sastra dan Aksara
Periode awal di Jawa Tengah pengaruh sastra Hindu cukup kuat. Periode
tengah bangsa Indonesia mulai melakukan penyaduran atas karya India.
Contohnya: Kitab Bharatayudha merupakan gubahan Mahabarata oleh Mpu
Sedah dan Panuluh. Isi ceritanya tentang peperangan selama 18 hari
antara Pandawa melawan Kurawa. Para ahli berpendapat bahwa isi
sebenarnya merupakan perebutan kekuasaan dalam keluarga raja-raja
Kediri. Prasasti-prasasti yang ada ditulis dalam bahasa Sansekerta dan
Huruf Pallawa. Bahasa Sansekerta banyak digunakan pada kitab-kitab
kuno/Sastra India. Mengalami akulturasi dengan bahasa Jawa melahirkan
bahasa Jawa Kuno dengan aksara Pallawa yang dimodifikasi sesuai dengan
pengertian dan selera Jawa sehingga menjadi aksara Jawa Kuno dan Bali
Kuno. Perkembangannya menjadi aksara Jawa sekarang serta aksara Bali. Di
kerajaan Sriwijaya huruf Pallawa berkembang menjadi huruf Nagari.
7.
Bidang Teknologi
Masyarakat Indonesia dari sebelum masuknya agama Hindu-Budha
sebenarnya sudah memiliki budaya yang cukup tinggi. Dengan masuknya
pengaruh budaya Hindu-Budha di Indonesia semakin mempertinggi teknologi
yang sudah dimiliki bangsa Indonesia sebelumnya. Pengaruh Hindu-Budha
terhadap perkembangan teknologi masyarakat Indonesia terlihat dalam
bidang kemaritiman, bangunan dan pertanian.
Perkembangan
kemaritiman terlihat dengan semakin banyaknya
kota-kota pelabuhan, ekspedisi pelayaran dan perdagangan antar negara.
Selain itu, bangsa Indonesia yang awalnya baru dapat membuat sampan
sebagai alat transportasi kemudian mulai dapat membuat perahu bercadik.
Perpaduan antara pengetahuan dan teknologi dari India dengan Indonesia terlihat pula pada pembuatan dan pendirian
bangunan candi baik candi dari agama Hindu maupun Budha.
Bangunan candi merupakan hasil karya ahli-ahli bangunan agama
Hindu-Budha yang memiliki nilai budaya yang sangat tinggi. Selain itu
terlihat dalam penulisan prasasti-prasastri pada batu-batu besar yang
membutuhkan keahlian, pengetahuan, dan teknik penulisan yang tinggi.
Pengetahuan dan perkenalan teknologi yang tinggi dilakukan secara
turun-temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Dalam bidang
pertanian, tampak dengan adanya pengelolaan
sistem irigasi yang baik mulai diperkenalkan dan berkembang pada zaman
masuknya Hindu-Budha di Indonesia. Tampak pada relief candi yang
menggambarkan teknologi irigasi pada zaman Majapahit.
8.
Sistem Kalender
Diadopsi dari sistem kalender/penanggalan India. Hal ini terlihat dengan adanya :
- Penggunaan tahun Saka di Indonesia. Tercipta kalender dengan sebutan
tahun Saka yang dimulai tahun 78 M (merupakan tahun Matahari, tahun
Samsiah) pada waktu raja Kanishka I dinobatkan jumlah hari dalam 1 tahun
ada 365 hari. Oleh orang Bali, tahun Saka tidak didasarkan pada sistem Surya Pramana tetapi sistem Chandra Pramana
(tahun Bulan, tahun Kamariah) dalam 1 tahun ada 354 hari. Musim panas
jatuh pada hari yang sama dalam bulan Maret dimana matahari, bumi, bulan
ada pada garis lurus. Hari tersebut dirayakan sebagai Hari Raya Nyepi.
- Ditemukan Candrasangkala/ Kronogram ada dalam rangka memperingati peristiwa dengan tahun/ kalender saka. Candrasangkala adalah angka huruf berupa susunan kalimat/ gambaran kata. Bila berupa gambar harus diartikan dalam bentuk kalimat. Contoh:
Sirna Ilang Kertaning Bumi = 1400 S = 1478 M
Sirna =
0
Kertaning = 4
Ilang =
0
Bumi
= 1
Çurti Indria Rasa = 654 S = 732 M
Çurti = 4
Indria = 5
Rasa = 6
Hayama Vayu Rasa = 682 S
9.
Filsafat
Lahir
Astrologi yaitu pengetahuan yang berkaitan dengan alam semesta/ astronomi.
Contoh : orang memberi nama anak berdasarkan hari, tanggal, bulan lahirnya.
Adanya buku
primbon sebagai pedoman hidup dan tatanan
tradisi yang semula hanya merupakan catatan turun temurun. Ajaran
Hindu-Budha penuh dengan upacara keagamaan. Falsafah agama tersebut
mengajarkan hal-hal yang bersifat
pasifistis yaitu ajaran yang
menuju pada kehidupan damai, menerima apa yang menjadi takdir karena
semuanya ditentukan oleh Yang Maha Kuasa.
MASJID
Pada umumnya ada 3 jenis Masjid:
Masjid Tradisional
☼ Atapnya berupa
Meru disebut atap tumpang berasal dari ijuk/rumbia dengan jumlah ganjil (tiga atau lima).Tingkatan paling atas berbentuk LIMAS
☼ Terdapat Mihrab (tempat imam memimpin shalat)
☼ Contoh : Masjid Demak, Masjid Kudus
CIRI MASJID DI JAWA
- Masjid tradisional Jawa umumnya berupa pendopo. Pola tiang penopang
masjid mengikuti pola tiang penopang rumah tradisional masyarakat Jawa
- Bangunan terdiri dari 4 tiang utama (soko guru) dan 12 tiang
pembantu disekelilingnya. Jika diperbesar maka tiang diluar ditambah
menjadi 24 buah
- Bagian atapnya dibuat atap tumpang bukan tunggal seperti rumah tradisional di Jawa.
- Di masjid dilengkapi Kentongan atau Bedug
MASJID MAKAM
☺ Disebut demikian karena dibelakang masjid biasanya terdapat makam para wali atau bahkan makam raja.
☺ Contoh: Masjid Makam Ampel, Demak, Kudus, Banten, Sendangduwur
MASJID MODERN
Cirinya tampak pada
Bagian atap masjid (mendapat pengaruh budaya Persia dan India) yaitu
berbentuk Kubah. Bentuk kubah masjid setengah bulatan seperti sebuah
stupa Budha
Dilengkapi Menara, tempat untuk Muazin mengumandangkan azan
Contoh:
Masjid Baiturrahman di Aceh
Masjid Syuhada di Yogyakarta
LETAK MASJID
Letak Masjid di Jawa menggunakan komposisi Macopat. Dimana Masjid berada disebelah barat alun-alun, dekat istana
MAKAM/NISAN
Makam dilengkapi dengan Jirat (kijing) dan cungkup (kubah).
Pengaruh Islam tampak pada : penggunaan ragam hias khas Islam
yaitu bentuk melengkung seperti kubah masjid, disertai dengan
tulisan Arab yang diambil dari ayat-ayat suci Al’Quran.
Contoh :
- Nisan Fatimah binti Maemun di Leran
- Nisan Sultan Malik Al Saleh di Samudra Pasai
SENI AKSARA
- Digunakan tulisan huruf Arab Melayu atau Arab Gundul
- Adanya larangan membuat gambar maupun patung berupa Makhluk Hidup terutama ditempat ibadah
- Berkembang tulisan Kaligrafi (huruf Arab yang berbentuk indah) yang digunkan untuk melukiskan makhluk hidup
Seni Ukir
Seni Ukir Islam disebut Kaligrafi, yang dapat dipahatkan pada kayu.
Contoh :
☻Kaligrafi/ukiran yang dipahatkan pada dinding depan Masjid Mantingan, Jepara
☻Di Masjid Cirebon terdapat pahatan berbentuk harimau
Pahatan berupa gambar tersebut disebut
Arabesk
SENI SASTRA
Tampak pada karya sastra di Selat Malaka dan Pulau Jawa.
Karya sastra yang berkembang:
- Suluk,yaitu karya sastra yang berisi ajaran-ajaran tasawuf. Contoh : Suluk Sukrasa, Suluk Wujil
- Hikayat, yaitu dongeng atau cerita rakyat yang sudah ada sebeluym
masuknya Islam.Contoh: Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Panji Semirang
- Babad, yaitu kisah sejarah yang terkadang memuat silsilah para raja
suatu kerajaan Islam. Contoh: Babad tanah Jawi, Babd Cirebon, Babad
Ranggalawe
SISTEM PEMERINTAHAN
Digunakan aturan-aturan Islam dalam pemerintahan kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Terbukti dengan adanya :
- Raja Mataram Islam awalnya bergelar Sunan/Susuhunan, artinya dijunjung
- Raja akan diberi Gelar Sultan jika telah diangkat atas persetujuan khalifah yang memerintah di Timur Tengah
- Terdapat gelar lain yaitu Panembahan, Maulana.
SOSIAL
- Mulai dikenal sistem demokrasi
- Tidak mengenal adanya sistem kasta
- Tidak mengenal perbedaan gologan dalam masyarakat
FILSAFAT
Setelah Islam lahir berkembanglah Ilmu filsafat yang berfungsi untuk mendukung pendalaman agama
Islam.
- Abad 8 M, lahir dasar-dasar Ilmu Fikih
- Fikih, merupakan ilmu yang mempelajari hukum dan peraturan
yang mengatur hak dan kewajiban umat Islam terhadap Tuhan dan sesama
manusia. Dengan Fikih diharapkan umat Islam dapat hidup sesuai dengan
kaidah Islam.
- Abad ke-10 M, lahir dasar-dasar Ilmu Qalam dan Tasawuf
- Qalam, merupakan ajaran pokok Islam tentang keesaan Tuhan, Ilmu teologi/Ilmu ketuhanan/ Ilmu Tauhid.
- Asal mula lahirnya tasawuf karena pencarian Allah karena kecintaan dan kerinduan pada Allah.
- Tasawuf kemudian berkembang menjadi aliran kepercayaan.
KALENDER
- Di Jawa, pada masa Sultan Agung (raja Mataram) terjadi akulturasi antara kalender Hijriyah dan kalender Saka
- Kalender dimana angka tahunnya meneruskan angka tahun saka tetapi perhitungannya mengambil dari kalender Hijriyah
- Kalender tersebut berlaku tgl 8 Juli 1633 atau tgl 1 Suro 1555 (1 Muharram=1403 Hijriyah) untuk kemudian disebut tahun Jawa